Trustmedia.id, Jakarta – Nama Garuda Indonesia beberapa hari terakhir sedang ramai diperbincangkan.
Maskapai pelat merah kebanggaan Indonesia ini kondisinya disebut sedang ‘sakit’ bahkan sampai berdarah-darah.
Tapi kali ini tidak akan membahas soal sakitnya Garuda. Namun akan menceritakan tentang sejarah Garuda Indonesia di tanah air.
Presiden Soekarno berperan besar dalam pembentukan Garuda Indonesia. Dia yang memilih nama Garuda Indonesian Airways sebagai nama maskapai.
Pada tahun 1948, Presiden Soekarno menyampaikan ide-idenya di depan saudagar Aceh untuk membeli pesawat Dakota (DC 3).
Hal ini untuk melanjutkan revolusi kemerdekaan melawan Belanda.
Dikutip dari bandarasoekarnohatta.com disebutkan pedagang menyumbangkan uang dan terkumpul 130.000 Strait Dollar dan 20 kg emas.
Uang ini digunakan untuk membeli pesawat DC-3.
Garuda lahir setelah dilaksanakan perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB) antara pemerintah Indonesia dengan maskapai KLM, terkait berdirinya maskapai nasional.
Nah di sini lah perusahaan penerbangan Belanda KLM/Inter Insulair Bedrijf diserahkan kepada RI.
Selama mempersiapkan kemampuan staf udara Indonesia, KLM bersedia menempatkan stafnya untuk bertugas dan melatih staf udara Indonesia.
Satu hari setelah Belanda mengakui kedaulatan RI, dua pesawat Dakota (DC-3) berangkat dari Bandara Kemayoran, Jakarta menuju Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno.
Itu merupakan penerbangan perdana pesawat DC-3 dengan logo Garuda Indonesian Airways.
Pesawat terbang dari Maguwo, Yogyakarta atau sekarang lebih dikenal dengan bandara Adisucipto ke Bandara Kemayoran.
Pada 1950, Garuda Indonesia resmi menjadi perusahaan negara ada 38 pesawat yang terdiri dari 22 DC-3, 8 Catalina kapal terbang dan 8 Convair 240.
Pada 1951 Garuda Indonesian Airways mulai merekrut calon penerbang untuk dididik sekolah penerbangan.
Saat itu Kementerian Perhubungan Bagian Penerbangan Sipil mengajak pemuda Indonesia untuk menjadi penerbang sipil.
Nantinya, para calon penerbang diberangkatkan ke sekolah penerbang pertama di Indonesia bernama Akademi Penerbangan Indonesia (API) yang berlokasi di Curug, Banteng.
Garuda terus terbang tinggi, pada 1960 Garuda masuk dalam kontingen untuk mengambil alih perusahaan penerbangan Belanda di Irian Barat bernama Kroonduif.
Dipimpin Capt. R.M Syafei Djajakusuma, beberapa pesawat Garuda beserta awak diperbantukan kepada AURI.
CONVAIR 240/340 yang merupakan pesawat Garuda menjadi pesawat komando yang digunakan Komandan Operasi Mandala.
Saat itu para penerbang Garuda tak hanya menjadi pilot komersil. Tapi juga menjadi pasukan cadangan untuk memperkuat ketahanan udara negara Republik Indonesia.
Pada 1989, Garuda Indonesian Airways berubah nama menjadi Garuda Indonesia.
Berdasarkan laman resmi garuda-indonesia.com, Garuda Indonesia melayani penerbangan full service dan melayani lebih dari 90 destinasi di seluruh dunia dan berbagai lokasi eksotis di Indonesia.
Garuda Indonesia berhasil mencatatkan sejumlah pengakuan internasional, di antaranya adalah pencapaian sebagai ‘The Worlds Best Economy Class’ dari TripAdvisor Travelers Choice Awards, ‘Maskapai Bintang Lima/5-Star Airline’ sejak tahun 2014, ‘Top 10 World’s Best Airline’ Skytrax 2017, The World’s Best Cabin Crew selama lima tahun berturut-turut sejak 2014.
Selain itu, pada tahun 2017 lalu, Garuda Indonesia juga berhasil meraih predikat ‘Bintang 5’ dari Airline Passenger Experience Association (APEX), sebuah asosiasi nirlaba untuk peningkatan pengalaman penumpang penerbangan yang berkedudukan di New York, Amerika Serikat. (*)
FOTO: Ilustrasi/Istimewa