Nias Utara, Trustmedia.id– Duka yang mendalam dialami oleh keluarga Darwis Gea als Ama Sarani Gea dan Seriati Zai Als Ina Sarani Gea, pasangan Suami Istri orang tua kandung Almarhum Prada Prima Saleh Gea, yang selama ini bertugas di kesatuan Yonkes Divisi 1 Kostrad di Bogor.
Prima Saleh Gea di kabarkan meninggal dunia pada Selasa 04 juni 2024 di Kamar OB Rumkit Lapangan Yonkes 1/YKH/1 Kostrad, Bogor Setelah Jenajah Almarhun Sampai di Kampung Halamanya di Desa Fulolo saloo Kecamatan Lahewa Sitolu Ori Kabupaten Nias Utara kecurigaan keluarga mulai bahwa Prima Saleh Gea, Bukan Gantung diri tetapi Ada dugaan dibunuh hal ini terlihat oleh keluarga ada bekas lilitan tali di lehernya yang sangat di Curigai
Menurut keterangan pihak keluarga, kakak kandung almarhum Prima Saleh gea menjelaskan bahwa :
“ Pada hari Selasa (04/06/2024), sekira pukul 00.30 wib salah seorang anggota Kesatuan Yonkes 1/YKH/1 Kostrad dari Provos berinisial EYG menginformasikan kepada kami bahwa Prima Saleh Gea telah meninggal dunia dengan gantung diri, dan saat itu kami melakukan Video call, namun posisi jenazah Prima Saleh Gea sudah berada di kamar klinik Yonkes “, ujar Kakak almarhum
Dilanjutkan, Lalu Provos EYG langsung menawarkan kepada kami mengenai proses selanjutnya apakah dipulangkan ke Nias atau dimakamkan di Bogor. Tapi oleh karena saya tinggal di Jakarta, maka saya langsung ke lokasi di Yonkes Bogor. Setiba disana, jenazah adek saya alm Prima Saleh Gea langsung dimandikan dan tidak ada dokumen keterangan apapun yang diberikan kepada saya oleh pihak Kesatuan.
Usai dimandikan, Sekira pukul 08.00 wib kami diberangkatkan melalui mobil ambulans menuju Bandara Soekarno Hatta dan dikawal 1 unit mobil TNI.
Setiba dibandara, tepatnya di tempat cargo peti, Komandan Kompi kesatuan yang saya ketahui bernama Christian Hutauruk, menyampaikan kepada saya bahwa tidak dapat ikut sampai ke Nias, namun akan menyusul, sembari kepada saya diserahkan 1 (satu) tas dan 1 (satu) plastik baju dan handuk almarhum saat kejadian.
Sekira 15 menit sebelum memasuki pesawat, saya dihubungi oleh Provos EYG bahwasanya dia dapat petunjuk dari komandaanya untuk menurunkan jenazah dari pesawat karna akan dilakukan otopsi. Saya langsung menghubungi keluarga untuk meminta persetujuan, dan keluarga tidak setuju.
Provos EYG mengatakan kepada keluarga bahwa jenazah harus diturunkan dari pesawat, dan jikalau tidak setuju keluarga harus membuat surat penyataan bahwa tidak setuju untuk melakukan otopsi dan tidak akan menggugat/menuntut. Keluarga terpaksa membuat dan menandatangani surat dikarenakan kalimat dari Provos EYG terkesan seperti mengancam
Selanjutnya, pada pukul 14.10 wib, kami tiba di bandara udara Silangit, dijemput oleh ambulans tanpa personil TNI dan langsung menuju pelabuhan sibolga, tiba pukul 17.30 wib.
Kemudian, pada Rabu (05/06/2024), kami tiba di pelabuhan angin Gunungsitoli sekira pukul 08.00 wib, selanjutnya sekira pukul 10.00 wib, kami tiba dirumah tanpa ada pengawalan dari personil TNI.
Saat perjalanan menuju rumah, provos EYG menghubungi saya untuk tidak membuka bungkusan plastik berisi baju almarhum dan mengarahkan untuk menyerahkan barang tersebut kepada pihak kesatuan saat tiba besok hari
Setiba dirumah duka, sekira Pukul 12.50 wib, 2 (dua) orang personil dari SubDenPom I/2-5 Nias, datang melihat jenazah sembari meminta keterangan mengenai riwayat perjalanan dan keterangan lainnya yang berhubungan dengan almarhum .
Kemudian pada hari Kamis (06/06/2024), Komandan Kompi Kesatuan Yonkes Christian Hutauruk tiba di rumah duka dengan menggunakan baju sipil dikawal 2 orang TNI dari Kodim, kemudian pukul 11.10 meminta ijin utk tukar pakaian menggunakan baju dinas.
Lalu, Christian Hutauruk menjelaskan beberapa kronologi singkat mengenai penemuan jenazah almarhum, serta menunjukan foto saat awal ditemukan tetapi tidak dapat mengirimkan foto tersebut kepada kami dengan alasan sedang penyelidikan, dan anehnya lagi, Christian Hutauruk tidak dapat memberikan/mengeluarkan surat bahwa kasus sedang dalam penyelidikan, atau memberikan surat keterangan kematian, atau penyerahan mayat. Namun ia mengatakan bahwa kedatangannya hanya turut berbelasungkawa sebagai komandan, sembari menyerahkan 2 amplop berisi gaji 13 + remon dan uang duka dari kesatuan.
Pada kesempatan itu juga, Christian sempat meminta kepada keluarga untuk menyerahkan plastik berisi baju + handuk saat kejadian (barang bukti) dan surat pernyataan asli untuk menolak otopsi. Sementara ia juga menjelaskan bahwa pihak Kesatuannya adalah pihak terperiksa
Atas meninggalnya Prima Saleh Gea, pihak keluarga menilai ada kejanggalan dan sangat mengharapkan agar kasus ini diungkap secara terang benderang, serta pihak keluarga membantah tudingan di beberapa media nasional yang mengatakan bahwa almarhum bunuh diri akibat terlilit utang judi online. (08 -2024 Red)