QULTUM Oleh Ustad Nursalim TEMA , Gelisah yang Tidak Lenyap Meski Sering Sujud

QULTUM  Oleh Ustad Nursalim  TEMA , Gelisah yang Tidak Lenyap Meski Sering Sujud

QULTUM OLEH Oleh Ustad Nursalim

TEMA , Gelisah yang Tidak Lenyap Meski Sering Sujud

Lampung Selatan ,Trust Media.id

بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل علي محمد وال محمد وعجل فراجهم وارحمنابهم

_puisi_dari makna
من عرف نفسه فقد عرف ربه

Di masjid yang megah,
di saf yang lurus,
di balik takbir dan doa-doa yang melengkung seperti bulan,
aku melihat manusia menghadap Tuhannya.

Lidah mereka sibuk.
Tangan mereka tertata.
Dahi mereka menyentuh tanah.
Tapi…
kenapa dada mereka tetap sesak ?
Kenapa jiwa mereka tetap gemetar saat sendirian ?

Mengapa ?

Karena mereka beribadah,
namun tidak jatuh cinta.

Mereka membaca zikir,
tapi bukan dari dalam,
melainkan dari buku saku, dari rutinitas yang membatu.

Wahai engkau yang berkata “Allahu Akbar”,
apakah engkau telah membuang ke-aku-anmu ?
Ataukah engkau hanya mengganti pakaian dunia
dengan jubah agama yang berkilau tapi kosong ?

Wahai engkau yang menangis dalam sujud,
apakah air matamu untuk kekasih,
atau hanya pelarian dari tanggung jawab yang tak sanggup kau tanggung ?

Ibadahmu seperti mesin.
Teratur. Disiplin.
Tapi hatimu seperti pasar,
penuh angka, penuh rencana, penuh mimpi palsu.

Kau ingin masuk surga.
Tapi kau belum pernah masuk ke dalam hatimu sendiri.

Kau ingin mendekati Tuhan.
Tapi kau belum pernah menjauh dari dirimu sendiri.

Ibadah bukan hanya urusan tubuh.
Tapi urusan cinta.
Dan cinta tak pernah lahir dari kewajiban,
melainkan dari pertemuan yang membakar segala selain-Nya.

Ketenangan tidak dijanjikan kepada mereka yang banyak amal,
tapi kepada mereka yang “kehilangan” diri.

Kau bisa sujud seribu kali sehari,
tapi kalau engkau masih berkata “Aku telah beribadah!”
maka engkau masih terlalu jauh.

Sebab yang dekat kepada Tuhan
tak lagi menyebut dirinya.
Ia hilang.
Ia lenyap.
Ia fana.

Maka jangan heran jika hatimu masih gelisah.

Karena engkau datang kepada Tuhan seperti datang ke kantor pos.
Mengantar permintaan,
meminta tanda terima,
dan menunggu jawaban.

Tapi pecinta tidak begitu.
Pecinta tidak menuntut.
Pecinta tidak menagih.

Ia hanya menangis.
Ia hanya menginginkan Allah itu sendiri.
Bukan hadiah-Nya. Bukan rumah surga-Nya.
Hanya Dia !.

Dan ketika ibadahmu telah berubah menjadi rindu,
ketika sujudmu telah menjadi tangisan tanpa alasan,
ketika engkau tak lagi tahu berapa rakaat karena jiwamu telah mengembara ke langit,
maka saat itulah,
gelisahmu lenyap,
bukan karena dunia berubah,
tapi karena engkau telah pulang.

Wahai penyair dalam doa-doamu,
hancurkanlah naskah-naskah rutinitas,
dan tulislah kembali makna ibadahmu
dengan tinta air mata,
dan kertas dari dada yang kosong !

Karena Tuhan tidak menunggu gerakmu,
Ia menunggu hatimu.
Yang sunyi.
Yang remuk.
Yang sudah lelah menjadi “aku”.
makna dari :
من عرف نفسه فقد عرف ربه
اللهم صل علي محمد وال محمد وعجل فراجهم وارحمنابهم
selamat pagi.

(Red/N)