Di Penghujung Sya’ban Refleksi Menyambut Bulan Keampunan

0
305

Di Penghujung Sya’ban
Refleksi Menyambut Bulan Keampunan

Oleh : Imam Pratomo, M.HI

Sumut trust media.id
Dosen Prodi Siyasah Institut Agama Islam Sains Teknologi Al-Quran ( Inaistisqa) Deliserdang Propinsi Sumatera Utara, Staf Pengajar PPMDH TPI dan Penyuluh Agama Islam Kantor Kementerian Agama Kota Medan

Judul diatas merupakan muhasabah dan evaluasi diri dari apa yang telah kita perbuat, di penghujung bulan Sya’ban kita berharap dan berdoa agar dapat dipertemukan kembali dengan Ramadhan, ada satu kisah para sahabat Rasulullah, setengah tahun setelah berpisah dengan Ramadhan mereka berdoa ” Ya Allah Terima lah puasa dan amalan kami di bulan Ramadhan, setengah tahun berikut nya mereka berdoa agar sampai umur mereka pada bulan Ramadhan.

Sebegitu pentingkah Bulan Ramadhan?, ya. Karena mereka sangat mencintai Ramadhan, gembira ketika tamu agung itu datang. Kira kira apa perasaan anda ketika diberi tahu bahwa anda akan segera di datangi tamu yang akan menginap dirumah anda untuk beberapa saat, senang ataukah sebaliknya?, mereka terganggu ataukah biasa biasa saja, barangkali kita juga biasa biasa saja, padahal kita di perintahkan untuk memuliakan tamu dalam Islam.

Akan tetapi coba bayangkan, jika yang akan mendatangi kita adalah orang orang yang kita cintai dan kita hormati, misalnya bapak dan ibu, mertua, guru atau teman dekat atau orang yang pernah berjasa dalam hidup kita, gimana coba?, sudah barang tentu kita akan dengan senang hati menyambutnya. Tak perlu ditanya akan berapa lama mereka akan dirumah kita.

Kemudian menyediakan jamuan istimewa untuk mereka, siap memenuhi segala kebutuhan mereka, siap mengantar mereka kemana aja mereka akan pergi, dan bila saat perpisahan itu datang, saat itulah kekhawatiran kita datang, apakah service kita mengecewakan mereka atau tidak, pokoknya sedih deh!, demikian hal nya dengan kita saat ini, kita sudah berada di gerbang seribu bulan, bulan yang dimuliakan Allah, bulan yang ibadah wajibnya dilipatgandakan 70 kali lipat oleh Allah dan ibadah sunnahnya disamakan dengan ibadah wajib di bulan yang lain, bulan penuh berkah dan ampunan, bulan yang didalamnya terdapat sebuah malam yang nilai nya lebih baik dari seribu bulan. Itulah bulan Ramadhan dan sebentar lagi akan mendatangi kita. Pertanyaannya sederhana, apakah kita bergembira atau tidak?.

Salah satu tujuan puasa Ramadhan adalah tercapainya ketaqwaan, kira kira kita yang sudah berpuasa selama 10-20 tahunan atau lebih kurang, sejak kapan kita merasa telah mencapai target taqwa tersebut. Barangkali kita kesulitan untuk merasa, kapan kita mencapai target taqwa tersebut. Pertanyaan sederhana berikut nya :

bagaimana dengan Ramadhan tahun kemarin? Bila jawabannya belum juga, maka kita punya kesempatan merealisasikan nya ditahun ini, ya. InshaAllah kita mampu, asal ada kekuatan azam dan niat yang kuat, kesempatan untuk mengukir prestasi. Dan jika Jawaban nya sudah, maka Alangkah sedihnya jika di tahun ini prestasi kita menurun. Sungguh merugi dan sangat merugi.

Ada 4 golongan dan tipe manusia serta sikap mereka dalam menyambut Ramadhan. Pertama, mukmin yang sungguh sungguh, mereka menganggap bulan ini adalah bulan mengukir prestasi dihadapan Allah SWT, kita akan menjumpai orang seperti ini yang senantiasa merasakan detik-detik Ramadhan sangat berharga.

Mereka selalu berada dalam ketaatan, rutinitas mereka adalah shalat, baca quran, berzikir, saling menolong dan menasehati, tak ada waktu terlewat kecuali untuk sesuatu yang baik dan bermanfaat.

Kedua, segolongan orang yang niatnya baik tapi himmah dan azamnya lemah. Orang ini berniat menargetkan berbuat sesuatu di bulan Ramadhan, mereka mempunyai telat berbuat baik, tapi karena azam nya lemah, maka akan bertahan pada awal awal bulan saja, orang yang biasa biasa saja, artinya kehadiran Ramadhan tidak memberikan bekas sama sekali, kalau ibarat tamu, ia dicuekin. Sedih rasanya!

Ketiga, Orang-orang yang tidak menyukai kehadiran Ramadhan. Karena mereka menganggap Ramadhan sebagai penghalang bagi mereka untuk memuaskan nafsu dan segala keinginan.

Keempat, orang yang tidak menghormati sama sekali kehadiran Ramadhan, ini sangat sangat parah. Dengan sangat ringan menginjak-injak kesucian Ramadhan. Kembali kita tanya diri kita sendiri, kita berada pada tipe manusia yang mana? Jangan sampai kita berada dalam suatu keadaan sebagaimana yang di sabda kan Rasulullah SAW ” Rugi dan meranalah orang yang menjumpai Ramadhan sedang dosanya belum diampuni”. Nauzubillah masih ada waktu untuk merenungkannya dengan diri kita, bersegeralah sebelum kita menyesal. Semoga tulisan yang sederhana ini dapat bermanfaat.. Marhaban ya Ramadhan. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini