Tulangbawang trust media.id
BERAGAMA TAPI MUSYRIK
Peringatan bagi orang-orang yang suka memecah-belah…
اللهم صل علي محمد وال محمد وعجل فراجهم وارحمن
Tahukah kita, kesalahan dalam beragama justru bisa menjadikan kita sebagai Muslim yang musyrik?
Mari kita baca sama-sama tiga ayat (31-33) dari surat ar-Rum berikut ini:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama din (agama/aturan/jalan) itu. Fitrah Allah yang atasnya Dia telah menciptakan manusia. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama/jalan yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui…”
(Apakah Fitrah Allaah itu? Maha Esa (Tunggal) dan Rahman/Rahim (Maha Penuh Belas Kasih))
“Yakni, dengan kembali bertaubat kepada-Nya. Dan bertakwalah kepada-Nya serta laksanakanlah salat, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah…”
(Siapa orang yang mempersekutukan Allah itu?)
“… yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka sehingga mereka menjadi bergolong-golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka (dan mengecilkan apa yang ada pada golongan lain).”
Kenapa demikian? Karena orang yang memecah belah agama dan manusia adalah sama dengan orang musyrik pra-Islam.
“Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kalian dahulu (pada masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hati kalian (dengan Islam), sehingga dengan karunia-Nya kalian menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kalian berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian agar kalian mendapat petunjuk.” (Ali Imran: 103)
Belum jelaskah bagi kita bahwa ayat-ayat itu ditujukan kepada kaum Muslim?
Allah dengan tegas menyatakan Islam itu satu. Pengejawantahannya dalam kelompok-kelompok dan mazhab-mazhab bisa banyak. Tapi keragaman itu harus dilihat sebagai berpangkal pada ketunggalan. Sehingga, adalah terlarang menjadikan keragaman itu sebagai sumber perpecahan, apalagi akibat kebanggaan kelompok a la jahiliyah.
Seberapa berbeda pun kelompok-kelompok Muslim, mereka adalah ahlul qiblah. Orang-orang yang meyakini Tuhannya adalah Allah, Nabinya Muhammad saw, kitabnya al-Qur’an, dan shalatnya menghadap kiblat.
Para pemuka Ahlus-Sunnah dan Syiah sama sekali tak berbeda pendapat mengenai kriteria-kriteria tersebut di atas.
Maka, masihkah kaum Muslim mau bercerai berai, dengan risiko pelakunya menjadi musyrik dan diancam neraka?
Maka, mari kita berhati-hati. Jangan sampai ketelanjuran akibat kebanggaan-diri dan sikap berburuk sangka kita kepada kelompok Muslim lain menyeret kita ke jurang kemusyrikan. Jangan sampai misinformasi akibat echo-chamber, post truth, dan politik identitas yang disebarkan oleh media sosial yang penuh penyesatan, menyebabkan kita makin dalam terjerumus ke dalam satu-satunya dosa yang tak akan diampuni Allah ini.
Mari kita lakukan taubat, seperti diajarkan Allah dalam ar-Rum 32 yang dikutip di atas. Dan kembali kepada ajaran Ketunggalan keislaman (wahdah Islamiyah) yang penuh keselamatan. Baik keselamatan di dunia, maupun keselamatan di akhirat. Mari kita dahulukan juga sikap-keilahian rahmah (kasih sayang) di antara sesama Muslim.
semoga bermanfaat
اللهم صل علي محمد وال محمد وعجل فراجهم وارحمنا بهم
( Red/NS)